Kamis, 07 April 2011

Anggota Ahmadiyah Menantang Perang !


PANDEGLANG – Jemaat Ahmadiyah kembali berulah memancing kerusuhan. Setelah menyebarkan ajaran yang meresahkan, mereka menantang perang dan membacok tangan warga hingga nyaris putus. Bentrokan fisik pun tak terhindarkan yang mengakibatkan enam orang Jemaat Ahmadiyah tewas.

Warga Desa Umbulan di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten mengaku resah karena Jemaat Ahmadiyah pimpinan Parman terus menyebarkan ajaran Ahmadiyah.
“Kami warga Cikeusik sangat resah dengan aktivitas yang dilakukan Jemaat Ahmadiyah itu, apalagi cukup banyak warga yang akhirnya ikut menjadi anggota Jemaat itu,” kata Asep Setiadi, warga Desa Umbulan Kecamatan Cikeusik, Ahad (6/2/2011).
Sabtu malam, puluhan anggota Jemaat Ahmadiyah dari Kota Bogor tiba di Cikeusik dengan menumpang dua kendaraan roda empat dan menginap di rumah Parman.
Warga, kata Asep, sebenarnya sudah meminta Parman baik-baik untuk membubarkan Jemaat Ahmadiyah dan menghentikan kegiatannya itu. “Tapi tidak ditanggapinya,” katanya.
Parman malah mengeluarkan pernyataan provokatif, “Lebih baik mati dari pada membubarkan diri,” dan terus menyebarkan ajaran Mirza Ghulam Ahmad tersebut.

….Parman, pimpinan Ahmadiyah malah mengeluarkan pernyataan provokatif, “Lebih baik mati dari pada membubarkan diri,” dan terus menyebarkan ajaran sesat Mirza Ghulam Ahmad ….

Karena Parman dan pengikutnya enggan menuruti warga, beberapa tokoh masyarakat dan agama sepakat mendatangi kediaman Parman guna kembali mendesak membubarkan diri.
Ahad pagi (6/2/2011), sekitar seribuan warga berbagai daerah dari Kecamatan Cibaliung, Cikeusik Kabupaten Pandeglang dan Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak mendatangi rumah Parman.
Menurut Lukman, tokoh masyarakat Cikeusik, sebenarnya warga tak bermaksud melakukan kekerasan dan hanya ingin agar Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik pimpinan Parman membubarkan diri.
“Warga ingin Ahmadiyah itu membubarkan diri karena sudah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia, tapi permintaan itu diabaikan oleh mereka,” katanya.
Saat massa tiba, puluhan Jemaat Ahmadiyah yang berada di rumah Parman sudah siap dan mereka membawa berbagai jenis senjata tajam seperti samurai, parang dan tombak.
Sesaat kemudian, kata Lukman, seorang anggota Jemaat Ahmadiyah membacok lengan kanan Sarta hingga nyaris putus.
“Pembacokan inilah yang memicu bentrokan. Warga marah karena melihat lengan kanan Sarta nyaris putus,” kata Lukman.

….Seorang anggota Jemaat Ahmadiyah membacok lengan kanan Sarta hingga nyaris putus. Pembacokan inilah yang memicu bentrokan. Warga marah karena melihat lengan kanan Sarta nyaris putus…

Buntut bentrokan berdarah ini, enam orang anggota Jemaat Ahmadiyah tewas. Seluruh korban meninggal itu berasal dari luar daerah
“Yang saya lihat ada enam orang yang meninggal, dan seluruhnya dari Jemaat Ahmadiyah,” kata Lukman.
Sementara seorang warga Desa Umbulan, Sarta, mengalami luka parah di lengan kanannya oleh senjata tajam. “Lengan kanan Sarta hampir putus dibacok oleh anggota Jemaat Ahmadiyah,” kata Lukman.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan aparat kepolisian sudah melakukan pencegahan sebelum terjadinya penyerbuan yang menimpa warga Ahmadiyah di Kampung Peundeuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ahad (6/2/2011) pukul 10.45 WIB.
Menurut keterangan Timur, pada tanggal 3 Februari lalu sudah ada informasi bahwa di salah satu desa di Cikeusik akan ada kegiatan yang dilakukan Jamaah Ahmadiyah. Informasi itu diperoleh dari pimpinan Ahmadiyah yang ada di sana, Ismail Suparman.
Mendengar akan adanya kegiatan Ahmadiyah, kata Timur, masyarakat setempat menyatakan tidak menerima dan akan melakukan penertiban. Lalu, Tim Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan (Pakem) dari Kabupaten Pandeglang melihat dan memutuskan untuk mengevakuasi Suparman agar tidak diserang oleh warga.
“Ismail dibawa dan dilindungi di Polsek Cikeusik tanggal 5 Pebruari jam 13.00. Artinya pencegahan sudah dilakukan,” kata Timur dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Ahad (6/2/2011).
Menkopolhukam Djoko Suyanto langsung menggelar rapat mendadak untuk menanggapi kejadian penyerangan tadi padi. Rapat digelar bersama Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Jaksa Agung Basrief Arief, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, dan Menteri Agama Suryadharma Ali.
Timur mengatakan, meski Suparman sudah diamankan, tapi tadi pagi pukul 07.00 ada seorang bernama Deden, yang mengaku dari Ahmadiyah Pusat, datang dari Bekasi bersama 15 orang lainnya ke kediaman Suparman. Ia mengaku bermaksud mengamankan rumah yang telah kosong itu.
Ketika itu, kata Timur, aparat kepolisian setempat sudah mengimbau Deden dan 15 warga Ahmadiyah untuk segera dievakuasi, namun mereka tetap tidak bersedia. “Bersamaan dengan itu, kurang lebih 1.500 orang melakukan langkah melanggar hukum,” kata dia.
Timur mengaku aparat kepolisian setempat tidak mengetahui kedatangan Deden dan 15 warga Ahmadiyah dari Bekasi, sampai mereka tiba di Cikeusik. “Dari luar Cikeusik tidak diperkirakan sebelumnya, dan (penyerbuan) terjadi tiba-tiba,” sambungnya.
“Mereka mengatakan rumah itu adalah inventaris dari Ahmadiyah Pusat. Sehingga kalau ada yang mau merusak, maka harus dipertahankan karena bagian inventaris,” ujar Timur.
Sementara itu Kepala Polres Pandeglang AKBP Alex Fauzy Rasyad mengatakan bahwa sejumlah orang Ahmadiyah yang datang kke kampung itu mengeluarkan pernyataan menantang warga.
“Sebenarnya situasinya sudah kondusif dan masyarakat juga tenang-tenang saja, tapi karena ada pernyataan bernada menantang dari Jamaah Ahmadiyah akhirnya warga terpancing,” kata Alex Fauzi, Ahad (6/2/2011).
Alex yang sedang berada di lokasi untuk meredakan ketegangan sosial itu menjelaskan, awalnya warga setempat ingin mengusir Jamaah Ahmadiyah dibawah kepemimpinan Parman. Sebelumnya, warga telah meminta Parman membubarkan jemaah dan tidak menyebarkan ajaran Mirza Ghulam Ahmad tersebut.
“Ketika diminta membubarkan Ahmadiyah, Parman malah mengatakan, “lebih baik mati daripada membubarkan diri,” kata Alex Fauzy.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat Cikeusik, Lukman, serangan terhadap anggota jemaah Ahmadiyah itu dipicu ulah anggota Ahmadiyah yang membacok lengan salah satu warga Cikeusik, Sarta.
“Lengan kanan Sarta hampir putus dibacok oleh anggota Jamaah Ahmadiyah,” kata Lukman.
Lukman menjelaskan, sebenarnya warga tak bermaksud melakukan kekerasan dan hanya ingin agar Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik pimpinan Parman membubarkan diri.
“Warga ingin Ahmadiyah itu membubarkan diri karena sudah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), tapi permintaan itu diabaikan oleh mereka,” katanya. TempoInteraktif
Jemaat Ahmadiyah Selalu Bandel
Pernyataan serupa disampaikan Kapolres Pandeglang AKBP Alex Fauzy Rasyad. Menurutnya, serangan warga Cikeusik terhadap Jemaat Ahmadiyah dipicu oleh sikap para anggota jemaah Ahmadiyah yang mengeluarkan pernyataan provokatif bernada menantang kepada warga setempat.
“Sebenarnya situasinya sudah kondusif dan masyarakat juga tenang-tenang saja, tapi karena ada pernyataan bernada menantang dari Jemaat Ahmadiyah, akhirnya warga terpancing,” kata Fauzy, Ahad (6/2/2011).
Fauzy yang sedang berada di lokasi untuk meredakan ketegangan sosial itu menjelaskan, awalnya warga setempat ingin mengusir Jemaat Ahmadiyah di bawah kepemimpinan Parman.
Sebelumnya, warga telah meminta Parman membubarkan jemaah dan tidak menyebarkan ajaran Mirza Ghulam Ahmad tersebut.
“Ketika diminta membubarkan Ahmadiyah, Parman malah mengatakan, ‘lebih baik mati daripada membubarkan diri‘,” kata Alex Fauzy.
Beberapa hari lalu, ketika suasana memanas, Parman dan istrinya yang warga Negara Filipina serta Atep yang menjadi Sekretaris Jemaat Ahmadiyah Cikeusik meminta perlindungan kepada polisi.
Alex mengaku, polisi telah menasehati Parman agar tidak meneruskan kegiatannya karena khawatir memicu situasi tidak kondusif.
“Setelah Parman diamankan situasi kembali tenang, tapi tadi pagi datang Jemaat Ahmadiyah dari Jakarta sekitar 20 orang, dan mengeluarkan pernyataan siap mempertahankan Ahmadiyah sampai titik darah penghabisan,” katanya.
Mendengar pernyataan itu, masyarakat yang sudah tenang kembali terbakar emosinya dan akhirnya mengusir paksa Jemaat Ahmadiyah itu sehingga terjadi insiden berdarah itu.
Kapolres menjelaskan, akibat insiden tersebut satu unit kendaraan roda empat dibakar massa, satu unit mobil APV dimasukan ke jurang dan satu unit rumah dirusak.

….Menurut Kapolres Pandeglang, serangan ini dipicu oleh sikap para anggota jemaah Ahmadiyah yang mengeluarkan pernyataan provokatif bernada menantang kepada warga setempat….

Karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka Polres Pandeglang mengamankan pimpinan Ahmadiyah Cikeusik, Parman dan keluarganya.
“Ketua Ahmadiyah bernama Parman beserta istrinya dan Atep, seorang pengurus Ahmadiyah, saat ini sudah kita amankan,” kata Fauzy.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Politik Kabupaten Pandeglang, Futoni Sy, menjelaskan, jumlah pengikut Ahmadiyah di Kecamatan Cikeusik hanya sekitar 25 orang.
“Jumlahnya tidak banyak sekitar 25 orang, dan mereka sudah lama diimbau agar membubarkan diri,” katanya. Voa-Islam.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar