Sabtu, 20 Agustus 2011

3 Penggal Kepala Pelantun Ayat Suci.

                                      3 Penggal Kepala Pelantun Ayat Suci.                       
Dalam sebuah peperangan, pernah Jendral Sholahuddin mengalami kekalahan.
Sehingga ada 3 pejabat teras yang jadi tawanan. Ketiganya langsung dihadapkan pada sang Raja Kafir untuk dieksekusi Pancung.
Sang Raja memanggil Tawanan Pertama,
kata Si Raja : “Hai tawanan… kamu mau ikut saya, tinggalkan Islam agamamu, menghianati saudara-saudaramu se bangsa, se tanah air dan sekeyakinan, dan kamu kuangkat jadi pejabat tinggi, gaji cukup, rumah cukup, kendaraan banyak “
Apa jawab si tawanan I : “Tidak, sekali-kali tidak. Aku jihad karena Allah, yang kuharap hanya ridlo Allah.”
Si Raja langsung marah dan menyuruh Algojo memenggal kepala tawanan itu.
Kepala tawanan itu jatuh ke tanah, menggelinding dan AJAIB, si kepala itu melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an
“Yaaa Ayyatuhan nafsul muthmainnah……….”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Allah dalam keadaan diridloi… “
Matanya tertutup rapat, bibirnya tersenyum, dia gugur sebagai sahid.
Dia ISTIQOMAH, tidak goyah oleh tawaran jabatan dan kedudukan yang tinggi.

Dipanggillah Tawanan Kedua.
Sang Raja bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Namun jawab si tawanan II :”Aku lebih suka duduk disamping Allah dari pada duduk bersamamu dalam kekafiran.”
Mendengar jawaban itu, si Raja langsung marah dan berteriak : Penggal kepalanya !!!
Kepala tawanan II langsung dipenggal.
Kepalanya jatuh dan menggelinding... AJAIB, kepala tanpa badan itu mengaji :
‘Wujuhuyyaumaidzin nadhiroh……..”
“Muka mereka hari itu berseri-seri, kepada ridlo Allah mereka memandang.”
Bibirnya tersenyum, mata terpejam, dia dijemput ajal dengan khusnul khotimah,mendapat sahid
karena teguh punya keyakinan, ISTIQOMAH  dalam perjuangan tidak goyang, tidak mencla- mencle.

Tawanan ke III dipanggil
Hai Tawanan, kemari kamu...!!!
“Kau sdh lihat 2 kawanmu, bagaimana dengan tawaranku, kamu terima  ???”
tawanan III, dg senang hati berkata : “Baik raja…. Aku terima.”.
Raja tersenyum, dan segera memerintahkan mentrinya utuk memberi gelar kehormatan pada tawanan III ini,
Namun dicegah oleh Penasehat Raja...
apa kata penasehat raja.
“Wahai raja, saya meragukan kesetiaan orang ini....
  ia berani menghianati sodara-sodaranya sekeyakinan, se iman, sebangsa se tanah air
  menghianati kawan-kawan yg sjak dari kecil bersamanya,
  demi mengejar jabatan, kedudukan dan harta,
  kalau sudah mau menghianati saudaranya sendiri,
  apa lagi dengan orang lain, bisa-bisa kita ditikam dari belakang...”.
 Raja berpikir sejenak.... "BEnar juga kamu wahai penasehatku"
 "Algojo kemari ..... cepat penggal kepala tawanan ini !!!"
Segera algojo memenggal kepala tawanan III,
kepalanya jatuh menggelinding, Mata nya terbelalak,
lidahnya menjulur keluar...
pejuang yang akhir hayatnya tidak teguh pendirian
dan tidak ISTIQOMAH  dalam iman karena tergoda jabatan, kedudukan dan  harta
mati Suul Khotimah."

ISTIQAMAH  artinya teguh hati, taat asas, atau konsisten.
Meskipun tidak semua orang bisa bersikap istiqamah,
namun memeluk agama, untuk memperoleh hikmahnya secara optimal,
sangat memerlukan sikap itu.
Allah menjanjikan demikian:
"Dan seandainya mereka itu bersikap istiqamah di atas jalan kebenaran,
maka pastilah Kami siramkan kepada mereka air yang melimpah." (QS. Al-Jinn/72:16).
Air adalah lambang kehidupan dan lambang kemakmuran.
Maka Allah menjanjikan mereka yang konsisten mengikuti jalan yang benar
akan mendapatkan hidup yang bahagia di dunia dan akhirat.

Kamis, 18 Agustus 2011

BENDERA MERAH - PUTIH

                                                     BENDERA MERAH - PUTIH            

                                                            Luthfi Bashori 


Terlepas dari pro kontra pembahasan tentang pandangan hukum Islam terhadap persoalan boleh-tidaknya umat Islam menghormat dengan angkat tangan saat dilaksanaan pengerekan bendera merah putih, yang beberapa waktu belakangan ini sempat mencuat, penulis ingin mengajak warga Indonesia mencermati apa yang saat ini sedang terjadi.

Di kota tempat penulis bermukim, hampir setiap tahun saat menyambut datangnya hari Proklamasi tanggal 17 Agustus, situasi kota menjadi berubah semarak oleh keberadaan penjor-penjor yang dipasang warga, di hampir setiap pojok kota.

Bahkan di kampung setingkat RT pun seperti tak mau kalah ikut berlomba-lomba menyemarakkan datangnya HUT RI itu, dengan pemasangan umbul-umbul atau atribut apa saja yang berkaitan dengan hari kemerdekaan RI seperti yang sekarang ini terjadi.

Hanya saja, penulis sering melontarkan canda dengan beberapa kawan yang sedang bercakap membahas HUT RI atau pembicaraan yang mengarah ke sana:

`Pak, aku sering dibuat bingung akhir-akhir ini, warna bendera Indonesia itu sudah berobah yaa ... ? Kalau setahuku, dulu itu yang dikibarkan adalah bendera merah putih, sekalipun dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda. Tapi rasanya sejak HUT KEEMASAN RI, 50 tahun Indonesia merdeka, tiba-tiba bendera Indonesia menjadi berwarna-warni. Ada yang hijau, ada kuning, ungu, biru, dan sebagainya selain warna merah dan putih, bahkan banyak dipinggir jalan orang jual umbul-umbul berwarna pelangi juga lkut terjual laris manis`.

Melihat fenomena ini, rasanya kelak anak cucu dan cicit kita, bisa-bisa semakin tidak mengenal identitas bendera kebanggaan bangsa Indonesia, karena semakin hari semakin punah di telan kehidupan yang semakin liberal menimpa rakyat Indonesia.

Sayangnya, di tengah kehidupan yang semakin jauh dari nilai-nilai kesakralan sedang melanda masyarakat yang hitrogen ini, justru ada kelompok-kelompok tertentu yang terus berusaha menyeret bangsa Indonesia ke arah kehidupan liberalis dan matrealis, dengan menafikan asli watak bangsa Indonesia yang agamis, bahkan konon nyaris islamis.

Tentunya, keberantakan acuan hidup bangsa Indonesia akhir-akhir ini adalah karena pengaruh pemikiran dan perilaku tokoh-tokoh Sepilis (sekuler, pluralis dan liberalis) yang terus bergentayangan menggerogoti perilaku masyarakat Indonesia. Tidakkah bangsa Indonesia menyadari keadaan ini ?

 DIRGAHAYU HUT RI KE 66, 17 AGUSTUS 2011, MERANGKAP HARI BESAR ISLAM NUZULUL QURAN, 17 RAMADLAN 1432 H. SEMOGA BANGSA INDONESIA SELALU MENDAPAT BERKAH DARI ALLAH SWT.

Rabu, 10 Agustus 2011

Adab terhadap Anak Yatim


Allah subhanahu wata’ala menciptakan alam dengan segenap isinya, kemudian mengaturnya adalah dengan kebijak-sanaan, kemurahan, dan kasih sayang-Nya. Maka kewajiban segenap hamba adalah 
ta’at, bersyukur, bersabar, dan memohon rahmat serta ampunan-Nya
Anak-anak yatim ditaqdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala lahir atau tumbuh berkembang tanpa bapak adalah berdasar kebijaksanaan Allah subhanahu wata’ala yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Ketiadaan orang tua bukan berarti kekurangan atau hambatan bagi mereka, akan tetapi terdapat banyak hikmah yang diatur oleh Allah subhanahu wata’ala di antaranya:
1. Sebagai sarana bagi kaum mukminin untuk saling berlomba, tolong-menolong, terutama ber-lomba menolong anak yatim.
2. Sebagai sarana bagi kaum mukminin untuk saling memperhatikan dan peduli terhadap nasib sesama, terutama terhadap anak yatim.
3. Sebagai sarana kaum mukminin untuk menghidupkan sunnah nabi dan menegakkan ajaran Allah subhanahu wata’ala, tentang perhatian terhadap anak yatim.
4. Sebagai sarana kaum mukminin menuntut dirinya memenuhi janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu duduk bersanding dengan beliau bagi siapa yang menjamin anak yatim.
5. Sebagai wahana berkiprah bagi anak yatim itu sendiri di kalangan kaum muslimin yang memperhatikannya, bagai seorang anak kepada bapaknya sendiri.
6. Sebagai bukti bahwa Allah subhanahu wata’ala lah yang Mahakuasa, mengatur, dan yang berhak diibadahi.
7. Sebagai bukti kebenaran iman seorang mukmin dengan memperhatikan anak yatim.
8. Sebagai wahana memperhalus dan memperindah akhlaq kaum mukmin dengan cara bergaul dengan mereka/sebagai benteng kaum mukmin dari api neraka.
ADAB TERHADAB ANAK YATIM
Menunaikan hak-haknya, meliputi:
a. Mencukupi pakaian yang mereka perlukan, memperhatikan pakaian mereka, termasuk biaya loundry serta perbaikan dan waktunya ganti. Juga pakaian untuk bermain, ke sekolah, untuk shalat, untuk berolah raga, pakaian ganti dan pakian apa saja yang mereka perlukan dengan jumlah yang cukup, perawatan, dan kebersihan pakaian mereka.
b. Memberinya tempat tinggal yang melindungi, menaungi dari hujan, terik matahari, maupun binatang-binatang pengganggu. Jadi tempat tinggal yang kita sediakan haruslah kuat, bersih dan sehat, cukup ventilasi, sinar matahari, tidak bocor. Juga wajib menyediakan, merawat dan mengawasi serta meneliti kalau-kalau ada kerusakan dan kekurangan pada bangunan tempat tinggal mereka.
c. Menjamin makanan yang cukup bagi mereka meliputi makan pagi, siang, sore atau malam, yang mencukupi karbohidrat, vitamin, protein dan mineral lainnya. Kita cukupi mereka dengan buah, ikan, susu, madu, sayur dan sebagainya. Secara rutin maupun bergantian.
Alat dan peralatan hidangan makan harus yang bersih dan sehat, jangan dari bahan plastik yang ditengarai mengandung zat yang berbahaya seperti formalin, karatan dan lain-lain. Mencucinya juga harus bersih, jangan sampai menyisakan kotoran maupun obat pencuci yang berbahaya pula. Jauhkan mereka dari makanan kemasan yang mengan-dung bahan berbahaya, seperti zat pewarna, sodium benzoat, alkohol, dan sebagainya sebab dapat berpengaruh sangat buruk pada perkembangan dan kesehatan otak dan tubuh mereka. Seperti permen-permen dan makanan ringan lainnya. Penyajian kepada mereka harus dengan sebaik-baiknya, ikhlas, sabar, lembut penuh perhatian dan kasih sayang.
Menjaga, mengembangkan, dan mengembalikan harta mereka
Setelah ditinggal bapaknya banyak di antara mereka yang memiliki harta warisan. Maka wali penggantinya berkewajiban untuk menjaga dan mengembangkannya agar bertambah dengan cara yang halal dan tidak habis dimakan zakat. Wali harus men-jalankan dengan tekun, teliti, jujur penuh amanah, ikhlas serta mengembalikannya kepada mereka ketika sudah dewasa dan diuji coba mampu untuk mengelola hartanya sendiri, jangan sampai harta itu dikurangi. Seperti dipakai untuk selamatan kematian dan sebagainya karena tidak pernah acara seperti ini diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maupun dicontohkan oleh para sahabat maupun para imam kaum muslimin, bahkan mereka melarangnya. “Berkumpul di rumah ahli mayit dan membuat makanan setelah penguburan. Kami menganggapnya sebagai niyahah (meratapi).” (HR. Ahmad 2/204, Ibnu Majah 1612)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dan Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Nabishallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mayit itu akan diadzab sebab ratapan keluarga (ahlinya).” (Mutafaqun ‘Alaih)
Itulah generasi awal umat yang paling mulia yang harus kita contoh, jangan sampai kita menyelisihinya, dengan nafsu, adat, pikiran maupun qiyas-qiyas sendiri. Kemudian meneruskan adat orang jahiliyah maupun orang kafir, orang Hindu maupu Budha yang menyelenggarakan pertemuan maupun pesta setelah hari kematian dengan memakan harta anak yatim. Marilah kita sadari, kita bertaubat dari nafsu, pikiran, maupuan adat yang salah, kita kembali kepada petunjuk Allah subhanahu wata’ala, petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta petunjuk para sahabat radhiyallahu ‘anhum, Demi keselamatan kita di dunia dan akhirat.
Sekali lagi jangan mengutamakan keselamatan di dunia dengan cara yang batil atau jahil, yaitu mengikuti adat orang kafir, meninggalkan petunjuk para sahabat radhiyallahu ‘anhumgenerasi salaf (pendahulu) yang shalih. Bertaqwalah kita kepada Allah, sungguh harta yang kita pakai berpesta itu lebih berhak dipakai oleh anak yatim dan mengutamakan serta memuliakan mereka itu lebih dicintai Allah subhanahu wata’ala, sehingga menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah yang berdo’a untuk orang tuanya yang telah meninggal. Itu yang jelas bisa bermanfaat bagi orang tua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Jika anak adam mati, maka terputus amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendo’akannya.” (HR. Imam Muslim)
Jangan diambil sedikit pun harta mereka dengan alasan apa pun. Jangan kita bermaksiat menentang undang-undang syari’at Allah subhanahu wata’ala.
Menjaga kesehatan mereka
Selain memperhatikan menu makanan, pakaian, dan tempat tinggal mereka, kita juga harus memperhatikan dan menjaga kesehatan mereka. Sejak lahir tahnik lah dengan lumatan kurma, minumkan ASI pertama dengan memperhatikan kebersihan tubuh mereka. Air minumnya, rambut dan kukunya, gigi, hidung dan telinganya, serta gigi dan jari jemari juga seluruh tubuhnya kita bersihkan dan jaga kesehatannya. Periksakan kesehatan mereka atau Cek Up, dan selalulah meraba atau mengusap rambut dan kepala mereka dengan kasih sayang sehingga kita selalu mengetahui perubahan kondisi kesehatan mereka. Segera tangani atau bawa ke dokter bila ada keluhan atau gejala sakit.
Latihlah mereka makan minum dengan tangan kanan dan secukupnya, tidur berbaring ke sisi kanan sambil berdo’a. Menepati waktu tidur yaitu tengah hari sebentar, malam hari sesudah Isya’ dan bangun menjelang shalat subuh.
Menjauhkan mereka dari lingkungan yang kotor dan penyakit menular.
Melatih dan membina jasmaninya
Latihlah berolah raga, ajak dan jagalah dalam bermainnya. Ajaklah berjalan-jalan, berlari-larian, berenang, menaiki kendaraan. Perhatikan latihan dan kondisi tubuhnya, juga teman berlatihnya, jangan sampai mendekati tempat, atau teman yang mem-bahayakannya.
Mendidik mereka dengan sebaik-baiknya
  • Penuhi alat dan sarana pendidikan mereka, pilihkan bahan yang bagus seperti kertas, pena, penghapus, dll, dari bahan yang tidak membahayakan kesehatan mereka. Perhatikan selalu kerapian barang-barang mereka, latihlah mereka untuk bisa merawatnya dengan sabar dan tekun.
  • Carikan tempat pendidikan yang menunjang mereka menuju pendidikan islami, yang bertujuan membinanya kepada ketaqwaaan, mencintai Al-Qur’an dengan keteladanan para pembina yang berakhlaqur karimah. Bimbinglah untuk mampu melaksanakan tata tertib lembaga pendidikan (Sekolah-Madrasah-Pondok)nya.
  • Jauhkan mereka dari tempat, teman dan benda-benda yang menyebabkan mereka berakhlaq buruk. Seperti kaset, CD, film, majalah yang tidak mengandung unsur pendidikan, bahkan merusak akhlaq mereka.
  • Berilah mereka rizki yang halal, dijauhkan dari harta riba, haram, maupun syubhat, serta peringatkan mereka dari perbuatan dan ahklaq yang dilarang Agama serta jelaskan keutamaan akhlaq-akhlaq karimah yang harus senantiasa mereka sandang.
  • Memberikan suri teladan yang baik bagi mereka.
Tempat Pendidikan Anak Yatim
Karena demikian mulia kedudukan mereka di kalangan umat Islam, maka syariat menganjurkan agar mereka dididik di tempat yang penuh tanggung jawab, seperti antara lain pada:
1. Rumah tangga keluarganya sendiri, famili terdekat.
2. Rumah tangga keluarganya sendiri, famili jauh.
3. Lembaga pendidikan Muslim yang baik seperti yayasan, panti asuhan Muslim dan sebagainya.
4. Tokoh yang memiliki kemampuan dan amanah.
Bila tidak mampu secara pribadi, anggota masyarakat Muslim bisa berpartisipasi menjadi donatur atau membantu yayasan panti asuhan, atau membantu mereka secara pribadi kepada keluarga anak yatim, atau juga pada sebagian kebutuhan anak yatim dengan cara yang baik. Sesungguhnya niat baik orang beriman yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat balasan dan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala. Insya Allah. (Waznin Mahfudz)

Selasa, 09 Agustus 2011

Andai manusia punya sifat kayak rayap

Anda tahu rayap? Rayap adalah binatang kecil yang biasa memakan kayu. Rayap dikenal sebagai hama yang bisa merusak rumah kita, setidaknya bahan rumah kita yang terbuat dari kayu. Kekuatan rayap sungguh luar biasa, sebuah bangunan besar bisa hancur oleh binatang kecil ini. Namun bukan hanya ini saja kekuatannya. Selain memiliki kekuatan merusak, rayap pun memiliki kekuatan membangun.
Rayap memiliki kekuatan membangun sarangnya lengkap dengan sistem Air Conditioning-nya plus tata ruang yang apik dengan ketinggian sampai 9 meter. Ini adalah suatu pencapaian luar biasa sebab tubuh rayap sendiri hanya memiliki tinggi sekitar 3 mm saja. Artinya rayap mampu membangun tempat tinggalnya sampai 3.000 kali tinggi badannya.
Sementara manusia, dengan berbagai peralatan dan bahan-bahan yang canggih, sampai sekarang belum mampu membangun bangunan dengan ketinggian sampai 1.000 kali tinggi badannya. Sampai saat ini bangunan tertinggi yang sudah dibuat manusia baru sampai ketinggian sekitar 1.000 meter saja.
Bagaimana rayap bisa membangun tempat tinggalnya begitu tinggi? Ada dua hikmah yang bisa kita dapatkan dari rayap:
  1. Mereka bekerja sama dalam membangun sarangnya. Tubuh kecil dan lemah bisa diatasi dengan cara bekerja sama. Bekerja sama membuat mereka memiliki kekuatan yang dahsyat baik dalam menghancurkan maupun membangun.
  2. Mereka bekerja dengan mengikuti insting, yang merupakan fitrah yang diberikan Allah kepada makhluq ini. Mereka tidak punya ilmu arsitektur. Mereka tidak memiliki ilmu dengan pengkondisian udara dan tata ruang. Mereka tidak pernah kuliah cara mengawetkan makanan. Mereka mampu, karena mereka hidup dalam fitrahnya.
Manusia yang seharusnya memiliki kemampuan yang jauh lebih dahsyat bisa kehilangan kemampuan itu karena disebabkan oleh dua hal.
Yang pertama, jika seseorang sudah tidak mau lagi bekerja sama sesama dengan saudaranya. Kesombongan dan keangkuhan mereka menghalangi untuk bekerja sama sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. “Saya bisa, saya hebat, dan saya mampu. Buat apa bekerja sama?” Orang yang berkata seperti ini adalah mereka yang kehilangan banyak potensi keberhasilan dalam hidupnya.


yang  kedua, banyak manusia yang sudah jauh dari fitrahnya. Mereka hidup dengan cara sendiri. Cara yang diproduksi oleh akalnya sendiri yang sungguh lemah dan banyak kekurangannya. Padahal kita sudah punya cara hidup yang sesuai dengan fitrah manusia karena cara hidup ini dibuat oleh Pencipta kita. Cara hidup itu adalah Al Quran dan Hadits Nabi saw.
Mudah-mudahan, melalui gemblengan bulan Ramadhan ini, kita semua kembali ke fitrah kita (idul fitri) serta memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dengan demikian kita bisa mengembalikan potensi kita yang sebenarnya, baik untuk meraih sukses dunia maupun akhirat. Amin

Senin, 08 Agustus 2011

KH.Kholil Bangkalan : Punya Pasukan Lebah Penggempur Musuh

KH KHOLIL adalah guru utama yang mencetak banyak ulama besar di Jawa Timur. Sampai sekarang, meski sudah meninggal, banyak ulama yang mengaku belajar secara gaib dengan Mbah Kholil. Banyak cara dilakukan untuk belajar kitab secara gaib dari ulama tersohor ini. Salahsatunya dengan berziarah serta bermalam di makam beliau.
Seperti pernah dikisahkan KH Anwar Siradj, pe-ngasuh PP Nurul Dholam Bangil Pasuruan. Saat mempelajari kitab alfiyah, beliau mengalami kesulit-an. Padahal, kitab yang berupa gramatika Bahasa Arab tersebut, merupakan kunci untuk mendalami kitab-kitab lain.
Kiai Anwar sudah mencoba berguru kepada kiai-kiai besar di hampir semua penjuru Jawa Timur. Tapi hasilnya nihil. Suatu ketika, seperti dikisahkan ustadz Muhammad Salim (santri Nurul Dholam), Kiai Anwar dapat petunjuk, agar mempelajari kitab alfiyah di makam Mbah Kholil.
Petunjuk gaib itu pun dilaksanakan. Selama sebulan penuh Kiai Anwar ziarah di makam Mbah Kholil Bangkalan. Di makam itu dia mempelajari kitab alfiyah. ”Akhirnya Kiai Anwar bisa menghafal alfiyah,” jelas Ustadz Salim.
Banyak ulama generasi sekarang yang meski tidak pernah ketemu fisik dan bahkan lahirnya jauh sesudah Mbah Kholil meninggal, mengakui kalau perintis dakwah di Pulau Madura ini adalah guru mereka. Bukan guru secara fisik, melainkan pembimbing secara batin.
***
MBAH Kholil sempat menimba ilmu di Mekah selama belasan tahun. Satu angkatan dengan KH Hasyim Asy’ari. Selevel di bawahnya, ada KH Wahab Chasbullah dan KH Muhammad Dahlan.
Ada tradisi di antara kiai sepuh zaman dulu, meski hanya memberi nasihat satu kalimat, tetap dianggap sebagai guru Demikian juga yang terjadi di antara 4 ulama besar itu. Mereka saling berbagi ilmu pengetahuan, sehingga satu sama lain, saling memanggilnya sebagai tuan guru.
Menurut KH Muhammad Ghozi Wahib, Mbah Kholil paling dituakan dan dikeramatkan di antara para ulama saat itu. Kekeramatan Mbah Kholil, yang sangat terkenal adalah pasukan lebah gaib.
”Dalam situasi kritis, beliau bisa mendatangkan pasukan lebah untuk menyerang musuh. Ini sering beliau perlihatkan semasa perang melawan penjajah. Termasuk saat peristiwa 10 November 1945 di Surabaya,” katanya.
Kiai Ghozi menambahkan, dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil bersama kiai-kiai besar seperti Bisri Syansuri, Hasyim Asy’ari, Wahab Chasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, menge-rahkan semua kekuatan gaibnya untuk melawan tentara Sekutu.
Hizib-hizib yang mereka miliki, dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjatakan lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagung pun, di tangan kiai-kiai itu bisa difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar.
Tak ketinggalan, Mbah Kholil mengacau konsentrasi tentara Sekutu dengan mengerahkan pasukan lebah gaib piaraannya. Di saat ribuan ekor lebah menyerang, konsentrasi lawan buyar.
Saat konsentrasi lawan buyar itulah, pejuang kita gantian menghantam lawan. ”Hasilnya terbukti, dengan peralatan sederhana, kita bisa mengusir tentara lawan yang senjatanya super modern. Tapi sayang, peran ulama yang mengerahkan kekuatan gaibnya itu, tak banyak dipublikasikan,” papar Kiai Ghozi, cucu KH Wahab Chasbullah ini.
Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan.
Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita Ghozi.
Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngloyor masuk rumah, ganti baju.
Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil.
”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” papar Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini.

by: thalha mansur

Rabu, 03 Agustus 2011

PETUAH

"Al Qodhi mengatakan: Orang yang berilmu dimisalkan dengan bulan dan ahli ibadah dimisalkan dengan bintang karena kesempurnaan ibadah dan cahayanya tidaklah muncul dari ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh pada yang lainnya"
(Tuhfatul Ahwadzi, 7/376) 

"Ibnu Mas-ud berkata: Rasa takut kepada Allah Ta-ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan"
(Mushannaf Ibni Abi Syaibah, no. 34532)

"Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya"
(Muqaddimah Shahih Muslim, 12/1) 

"Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga)."
(Al Fudahil bin Iyadh dalam Az Zuhd-Al Baihaqi)

"Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka."
(Imam Abu Hanifah)

 "Sesungguhnya hati berada di tangan Allah azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya."
(HR. Bukhari, dari Abu Musa)

 "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."
(QS. Ali Imron: 8)
"Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar)"
(HR. Bukhari)
"Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa diri sendiri"
(Ibnul Qayyim, Al-Fawa’id, 1/147
"Umar bin Abdil Aziz mengatakan: Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan."
(Al Amru bil Maruf, Ibnu Taimiyah, 15)




Selasa, 26 Juli 2011

Aisyah ra

Seorang gadis kecil periang berumur sembilan tahun sedang gembira bermain-main dengan teman-temannya. Rambutnya awut awutan dan mukanya kotor karena debu. Tiba-tiba beberapa orang yang sudah agak tua muncul dari sebuah rumah di dekat situ dan datang ke tempat anak-anak tadi bermain-main. Mereka lalu membawa anak gadis itu pulang, memberinya pakaian yang rapi, dan malam itu juga, gadis itu dinikahkan dengan laki-iaki paling agung di antara manusia, Nabi ummat Islam. Suatu penghormatan paling unik yang pernah diterima seorang wanita. Aisyah adalah salah seorang putri tersayang Sayidina Abu Bakar ra, sahabat Nabi yang setia, yang kemudian menggantikan Nabi sebagai Khalifah Islam yang pertama.

Aisyah rha. lahir di Mekkah 614 Masehi, delapan tahun sebelum permulaan zaman Hijrah. Orangtuanya sudah memeluk agama Islam. Sejak mulai kecil anak gadis itu telah dididik sesuai dengan tradisi paling mulia - agama Islam - dan dengan sempurna dipersiapkan dan diberinya hak penuh untuk kemudian menduduki tempat yang mulia. Ia menjadi istri Nabi selama sepuluh tahun. Masih muda sewaktu dinikahkan dengan Nabi, tetapi ia memiliki kemampuan sangat baik sehingga dapat menyesuaikan diri dengan tugas barunya. Kehadirannya membuktikan bahwa ia seorang yang cerdas dan setia, dan sebagai istri, sangat mencintai tokoh dermawan paling besar bagi umat manusia.

Di seluruh dunia, ia diakui sebagai pembawa riwayat paling otentik bagi ajaran Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh suaminya. Ia di anugerahi ingatan yang sangat tajam, dan mampu mengingat segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita kepada Nabi, serta juga mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi. Diingatnya secara sempurna semua yang disampaikan Nabi kepada para delegasi dan jemaah di masjid. Karena kamar Aisyah itu bersebelahan dengan masjid, dengan cermat dan tekun ia mendengarkan dakwah, ta'lim, dan mudzakarah Nabi dengan para sahabat dan orang-orang lain. Ia mengajukan juga pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi tentang soal-soal yang sulit dan rumit sehubungan dengan ajaran agama Islam. Hal-hal inilah yang menyebabkan ia menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar dan paling otentik bagi sunnah Nabi dan ajaran Islam.

Aisyah tidak ditakdirkan hidup bersama-sama dengan Nabi untuk waktu yang lama. Pernikahannya itu berlangsung hanya sepuluh tahun saja. Tahun 11 Hijrah, 632 Masehi, Nabi wafat dan dimakamkan di kamar yang dihuni Aisyah. Nabi digantikan oleh seorang sahabat yang setia, Abu Bakar ra, sebagai khalifah islam yang pertama. Aisyah terus menduduki urutan pertama, dan setelah Fathima rha. meninggai dunia di tahun 11 Hijrah, Aisyah dianggap sebagai wanita yang paling penting di dunia Islam. Tetapi ayahnya, Abu Bakar, tidak berumur panjang. Ia meninggal dunia dua setengah tahun setelah wafat Nabi. Selama kekuasaan Umar al-Faruq, khalifah yang kedua, Aisyah menduduki posisi sebagai ibu utama di seluruh daerah-daerah Islam yang secara cepat makin meluas. Orang datang untuk meminta nasihat-nasihatnya yang bijaksana tentang segala hal yang pen ting. Umar terbunuh dan kemudian Khalifah Usman. Dua peristiwa kesyahidan tersebut telah mengguncangkan sendi-sendi Islam, dan menjurus kepada perpecahan yang tragis di kalangan umat Islam. Keadaan itu sangat merugikan agama yang sedang menyebar luas dan berkembang dengan cepat, yang pada waktu itu telah menjalar sampai ke batas pegunungan Atlas di sebelah Barat, dan ke puncak-puncak Hindu Kush di sebelah Timur. Aisyah tidak dapat tinggal diam sebagai penonton dalam menghadapi oknum-oknum pemecah-belah itu. Dengan sepenuh hati ia membela mereka yang menuntut balas atas kesyahidan khalifah yang ketiga. Di dalam Perang Unta, suatu pertempuran melawan Ali, khalifah yang keempat, pasukan Aisyah kalah dan ia terus mundur ke Madinah di bawah perlindungan pengawal yang diberikan oleh putra khalifah sendiri. Beberapa orang sejarawan yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang Muslim maupun yang bukan, memberikan kritik kepada Aisyah dalam pertempuran melawan Ali. Tetapi tidak seorang pun yang meragukan kesungguhan hati dan keyakinan Aisyah untuk menuntut balas bagi darah Usman.

Aisyah menyaksikan berbagai perubahan yang dialami oleh Islam selama tiga puluh tahun kekuasaan khalifah yang saleh. Ia meninggal dunia tahun 678 Masehi. Ketika itu kekuasaan berada di tangan Muawiyah. Penguasa ini amat takut kepada Aisyah dengan kritik-kritiknya yang pedas berkenaan dengan negara Islam yang secara politis sedang berubah itu. Ibu Utama agama Islam ini terkenal dengan bermacam ragam sifatnya kesalehannya, umurnya, kebijaksanaannya, kesederhanaannya, kemurahan hatinya, dan kesungguhan hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat sunnah Nabi. Kesederhanaan dan kesopanannya segera menjadi obor penyuluh bagi wanita Islam sejak waktu itu juga. Ia menghuni ruangan yang berukuran kurang dari 12 X 12 kaki bersama-sama dengan Nabi. Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang dan daun kurma, diplester dengan lumpur. Pintunya cuma satu, itu pun tanpa daun pintu, dan hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di atasnya.

Selama masa hidup Nabi, jarang Aisyah tidak kekurangan makan. Pada malam hari ketika Nabi mengembuskan napasnya yang tera khir, Aisyah tidak mempunyai minyak Waktu Khalifah Umar berkuasa, istri dan beberapa sahabat Nabi mendapatkan tunjangan yang cukup besar tiap bulannya. Aisyah jarang menahan uang atau pemberian yang diterimanya sampai keesokan harinya, karena semuanya itu segera dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, waktu Abdullah ibn Zubair menyerahkan sekantung uang sejumlah satu lakh dirham, Aisyah membagikan uang itu sebelum waktu berbuka puasa.

Aisyah pada zamannya terkenal sebagai orator. Pengabdiannya kepada basyarakat, dan usahanya untuk mengembangkan pengetahuan orang tentang sunnah dan fiqh, tidak ada tandingannya di dalam catatan sejarah Islam. Jika orang menemukan persoalan mengenai sunnah dan fiqh yang sukar untuk dipecahkan, soal itu akhirnya dibawa kepada Aisyah, dan kata kata Aisyah menjadi keputusan terakhir. Kecuali Ali, Abdullah ibn Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah juga termasuk kelompok intelektual di tahun-tahun pertama Islam.

Ibu Agung Agama Islam ini mengembuskan napas yang terakhir 17 Ramadhan, 58 Hijriah (13 Juli, 678 Masehi). Kematiannya menimbulkan rasa duka terutama di Madinah dan di seluruh dunia Islam. Aisyah rha. bersama Khadijah rha. dan Fathima az-Zahra rha. dianggap sebagai wanita yang paling menonjol di kalangan wanita Islam. Kebanyakan para ulama menempatkan Fathimah rha. di tangga teratas, diikuti oleh Khadijah rha, dengan Aisyah rha sebagai yang terakhir. Tapi ulama ibn Hazim malah menempatkan Aisyah rha. nomor dua sesudah Nabi Muhammad SAW, di atas semua istri, sahabat, dan rekan-rekannya. Menurut Allama ibn Taimiya, Fatima-lah yang berada di tempat teratas, karena ia itu anak tersayang Nabi, Khadijah itu agung karena dialah orang pertama yang memeluk agama Islam. Tetapi, tidak seorang pun yang menandingi Aisyah mengenai peranannya dalam menyebarluaskan ajaran Nabi.